Di era pandemik HIV, prevalensi penyakit kulit dan infeksi menular seksual di negara-negara tropis di dunia,tak terkecuali Indonesia turut meningkat. Hal tersebut membuat pengenalan akan manifestasi klinis dari penyakit kulit dan penyakit akibat infeksi menular seksual pada penderita HIV begitu penting dalam deteksi dini infeksi virus tersebut. Selain membuat presentasi klinis menjadi lebih berat, infeksi virus HIV juga akan menyebabkan lesi kulit yang timbul menjadi atipikal/ berbeda dengan yang ditemukan pada orang sehat pada umumnya. Oleh karena itu, peran dokter besar peran spesialis kulit dan kelamin dalam mengenali dan melakukan tata laksana bagi penderita HIV dengan manifestasi kulit.

Besarnya peranan dokter spesialis kulit dan kelamin atau dermato-venereologis tersebut diangkat menjadi tema untuk pertemuan ilmiah tegional (PIR) Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) cabang Jogjakarta, Solo, dan Semarang (JOGLOSEMAR) tahun 2018. Pertemuan tahunan rutin yang diselenggarakan di Gumaya Tower Hotel Semarang pada hari Minggu, 28 Januari 2018 tersebut dihadiri oleh para dokter spesialis kulit dan kelamin dan anggota muda (dokter PPDS) kulit dan kelamin di area Joglosemar. Acara yang dikoordinir oleh Perdoski cabang Semarang tersebut terdiri dari kuliah pakar, lomba presentasi ilmiah, perkenalan anggota baru dan anggota muda Perdoski Joglosemar, lomba penampilan hiburan oleh anggota muda Perdoski Joglosemar dan lomba fashion show. Acara tersebut juga menghadirkan para pakar medikolegal dan kulit dan kelamin di Joglosemar, seperti dr. Gatot Suharto, Sp.F, M.Kes., SH, DFM,  Dr. dr. Satiti Retno Pudjiati, Sp.KK (K), Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, Sp. KK, dan dr. Lewie Suryaatmadja, Sp.KK (K).

Dalam acara PIR 2018 yang diselenggarakan mulai pukul 10.00-15.00 tersebut, Dr. dr. Satiti Retno Pudjiati, Sp.KK (K), yang merupakan ahli dalam penyakit menular seksual dan telah lama berkecimpung dalam pendidikan dan penelitian mengenai HIV/AIDS membawakan kuliah pakar mengenai HIV-AIDS. Dalam kuliahnya, dr. Satiti mengemukakan bahwa berbagai penyakit kulit infeksi maupun non infeksi yang muncul secara atipikal dan rekuren dapat menjadi tanda infeksi HIV pada seorang penderita dengan perilaku beresiko tinggi. Dr. Satiti juga mengingatkan bahwa dokter spesialis kulit dan kelamin memiliki andil yang besar dalam diagnosis dan tatalaksana penyakit infeksi menular seksual dan penyakit kulit pada penderita HIV.

Dalam kesempatan yang sama juga diadakan lomba presentasi Ilmiah yang dibawakan oleh perwakilan dari masing-masing pusat pendidikan dokter spesialis kulit dan kelamin (IPDS). Pada lomba ilmiah tersebut, presentasi dari IPDS UGM dibawakan oleh dr. Mochammad Rifky Luthfiandi yang megusung sebuah laporan kasus mengenai koinfeksi HIV, Lepra dan Sifilis yang memiliki manifestasi yang atipikal. Laporan kasus tersebut menunjukkan bahwa selain lepra dan sifilis yang telah dikenal lama sebagai “the great imitator” of skin diseases, infeksi HIV pun mampu berkontribusi dalam pathogenesis terjadinya lesi-lesi kulit yang atipikal. Dewan juri yang terdiri dari dokter spesialis kulit yang berasal dari ketiga IPDS sepakat menentukan kasus yang dibawakan oleh dr. Mochammad Rifky Luthfiandi menjadi juara laporan ilmiah terbaik dalam PIR Joglosemar 2018. Selain itu, dalam rangkaian acara tersebut, UGM juga berhasil menjuarai lomba peragaan busana (fashion show) dengan tema Indian dan Cowboy.