Masa remaja merupakan tahapan transisi yang sangat penting walaupun cenderung membingungkan untuk sebagian remaja. Hal ini akibat adanya perubahan fisik maupun ketegangan emosional baru karena tanggung jawab dan kewajiban-kewajiban baru yang harus diemban, sehingga lingkungan sekitar sangat mempengaruhi masa pertumbuhan dan perkembangan para remaja. Modul mengenai Gangguan Mental dan Perilaku pada Remaja ini dibuat oleh seorang psikiatri dengan dasar keilmuan yang berbasis bukti, guna memberikan pedoman dan arahan bahwa pemberian dukungan yang adekuat dan lingkungan yang suportif akan berdampak pada para remaja agar lebih bisa mengelola emosi dan menemukan cara yang tepat untuk menghadapi stresor baru.

Pergejolakan emosi seringkali membuat remaja juga rentan terlibat di dalam permasalahan perilaku,dengan teman sebaya atau bahkan dengan dirinya sendiri. Di sisi lain, tidak sedikit remaja yang mudah cemas bahkan depresi ketika terlibat dalam permasalahan atau stressor baru yang mereka hadapi. Sehingga deteksi dini terhadap perubahan emosional kearah negatif sangat krusial dan berarti. Hal ini hanya bisa dicapai dengan kerjasama yang baik antara orang tua, sekolah dan masyarakat atau lingkungan.

Contoh gejala gangguan mental yang sering terjadi pada remaja adalah depresi, gangguan cemas dan gangguan tingkah laku. Depresi merupakan gangguan mental yang dapat terlihat dari perasaan sedih berlebih, kehilangan minat, perasaan bersalah berlebih bahkan hingga adanya keinginan untuk bunuh diri. Selain itu, rasa khawatir yang berlebihan hingga menimbulkan gangguan makan bisa dikategorikan sebagai gangguan cemas. Hal yang tidak kalah sering ditemukan adalah cara para remaja untuk menemukan jati diri seringkali salah dan melawan norma serta nilai sosial. Perilaku ini disebut dengan conduct disorder.

Semua hal di atas sebetulnya bisa dicegah dengan mengenali tanda-tanda awal dan memberikan pemahaman yang baik kepada para remaja, keluarga maupun masyarakat dan sekolah. Sehingga, ketika gejala awal dirasakan tidak kunjung membaik setelah mendapatkan bantuan dari keluarga atau teman sebaya, jangan pernah takut untuk mencari bantuan ke dokter. Karena gangguan mental yang dibiarkan bisa mempengaruhi aktivitas sehari-hari bahkan membahayakan diri sendiri.

Ketua pengurusan HKI modul, dr. Sri Awalia Febriana, M.Kes, Sp.DVE, Subsp. DAI, PhD, menyambut secara antusias atas HKI ini, kata beliau, “Dengan adanya modul ini semoga tidak ada lagi stigma yang terhadap remaja yang mengalami gangguan jiwa.” dr. Winengku Basuki Adi, M.Med.Sc., Sp.KJ, sebagai ketua tim penyusun modul juga mengatakan, “Modul ini berguna agar remaja dapat mendeteksi dini jika mengalami beberapa gangguan mental sehingga bisa langsung memeriksakan diri.”

Gambar 1. Dokumentasi mengenai modul yang telah diserahkan kepada salah satunya ke MAN 1 Yogyakarta

Keyword: Gangguan Mental, Khawatir, Cemas, Depresi, Remaja, Conduct Disorder, SDGs 3, SDGs 4, SDGs 17