Pada tanggal 25 Mei 2025, dua staf Departemen Dermatologi dan Venereologi (DV), dr. Agnes Sri Siswati, Sp.D.V.E, Subsp.D.T dan dr. Sri Awalia Febriana, M.Kes, Sp.D.V.E, Subsp.D.A.I, Ph.D, menjadi narasumber dalam Simposium “Current Approaches to Scabies and Atopic Dermatitis in Primary Care Settings” yang diadakan di Hotel Grand Serela, Yogyakarta. Simposium tersebut diselenggarakan oleh Perhimpunan Dokter Umum Indonesia Cabang D.I. Yogyakarta dalam rangka Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) ke-117.
Topik simposium yang dibawakan oleh kedua narasumber dari Departemen DV berkisar mengenai tantangan diagnosis dan tatalaksana penyakit skabies dan dermatitis atopik di fasilitas kesehatan primer. Pada topik “Scabies in Clinical Practice: Diagnostic Pearls and Evidence-Based Management”, dr. Agnes menjelaskan mengenai tantangan diagnosis skabies yang dapat tampak serupa dengan penyakit kulit lainnya. Selain itu, edukasi pasien skabies yang memerlukan evaluasi menyeluruh dengan orang sekitar dan lingkungan pasien juga menjadi tantangan tersendiri untuk tenaga kesehatan. Pada topik “Atopic Dermatitis in Adults and Children: Rational Disagnostic and Therapeutic Approaches“, dr. Sri Awalia menjelaskan kurangnya fasilitas pemeriksaan penunjang untuk pemeriksaan alergi dapat menjadi kendala dalam investigasi penyakit dermatitis atopik. Pendekatan multidisiplin selain dari aspek kesehatan kulit seperti pengendalian stres dan pengawasan nutrisi penting untuk meminimalisir dampak dari dermatitis atopik.
Partisipasi staf Departemen DV dalam kegiatan simposium ini merupakan salah satu usaha edukasi mengenai kesehatan kulit kepada tenaga kesehatandi fasilitas kesehatan primer dan selaras dengan Sustainable Development Goal (SDG) nomor 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) dan 4 (Pendidikan Berkualitas).

Gambar 1. Staf Departemen DV, , dr. Agnes Sri Siswati, Sp.D.V.E, Subsp.D.T dan dr. Sri Awalia Febriana, M.Kes, Sp.D.V.E, Subsp.D.A.I, Ph.D, menjadi narasumber dalam kegiatan  Simposium “Current Approaches to Scabies and Atopic Dermatitis in Primary Care Settings” di Yogyakarta

Keywords: SDG 3, SDG 4, skabies, dermatitis atopik

Penulis: Wega Wisesa Setiabud