Pada Rabu, 2 Juli 2025, dr. Alessandro Alfieri, M.Med.Sc., Sp.D.V.E, staf Departemen Dermatologi dan Venereologi (DV), menjadi narasumber dalam live talkshow pada akun Instagram Kementerian Kesehatan RI. Acara ini mengangkat tema “Checklist Kesehatan Seksual: Kapan dan Seberapa Sering Harus Periksa IMS?” dan bertujuan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan rutin infeksi menular seksual (IMS) sebagai bagian dari perawatan kesehatan diri (self-care).

Dalam talkshow tersebut, dr. Alessandro menjelaskan bahwa banyak IMS tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Seseorang dapat merasa sehat dan tanpa keluhan, padahal tetap bisa menularkan infeksi kepada pasangannya. Karena itu, pemeriksaan rutin sangat dianjurkan, terutama bagi kelompok dengan perilaku seksual berisiko seperti berganti-ganti pasangan atau tidak menggunakan kondom. Beliau juga menyoroti kelompok rentan, yaitu pekerja seks, narapidana, lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), serta anak-anak. Di RSUP Dr. Sardjito sendiri, IMS yang paling sering terdiagnosis adalah kutil kelamin, sifilis, dan HIV.

Beliau menekankan bahwa pemeriksaan IMS sebaiknya dilakukan secara rutin, misalnya setiap 3-6 bulan sekali bagi orang dengan risiko tinggi. Pemeriksaan IMS saat ini juga semakin mudah diakses, dimana saat ini hampir seluruh puskesmas sudah tersedia panel pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, sifilis, dan hepatitis B. Selain itu, pemeriksaan juga dapat dilakukan di laboratorium swasta maupun rumah sakit oleh dokter spesialis dermatologi venereologi dan estetika (Sp.D.V.E) maupun spesialis obstetri ginekologi (Sp.OG) khusus perempuan. Jika hasil tes menunjukkan indikasi IMS, maka diagnosis dan terapinya akan ditentukan sesuai jenis infeksi.

dr. Alessandro juga mengingatkan pentingnya edukasi ABCDE: Abstinence (tidak berhubungan seks bagi yang belum menikah), Be Faithful (setia pada satu pasangan), Condom (menggunakan kondom saat berhubungan seksual), Drug No (tidak menggunakan narkoba), dan Education (mencari informasi yang benar). Sebagai penutup acara, dr. Alessandro berpesan bahwa setiap orang perlu menyadari risiko dirinya sendiri dan segera memeriksakan diri ke pusat layanan kesehatan jika berisiko terkena IMS serta tidak mencoba mengobati sendiri. Dengan demikian, IMS dapat terdeteksi dan diobati lebih dini, sehingga mencegah komplikasi yang berbahaya di kemudian hari.

Partisipasi dr. Alessandro dalam edukasi kesehatan seksual ini mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) dan nomor 4 (Pendidikan Berkualitas). Dengan meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan seksual, diharapkan angka IMS di Indonesia dapat ditekan, stigma berkurang, dan kualitas hidup masyarakat pun semakin baik.

Gambar 1. Staf Departemen DV, dr. Alessandro Alfieri, M.Med.Sc., Sp.D.V.E, menjadi narasumber dalam kegiatan talkshow “Checklist Kesehatan Seksual: Kapan dan Seberapa Sering Harus Periksa IMS?” pada akun Instagram Kementerian Kesehatan RI.

Keywords: SDG 3, SDG 4, IMS

Penulis: Widya Khairunnisa Sarkowi