Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan patogen penyebab penyakit/ infeksi menular seksual (IMS) memiliki keterkaitan yang kuat. Infeksi menular seksual dapat menjadi pintu masuk bagi infeksi HIV. Selain itu, perjalanan penyakit dan gambaran klinis penyakit IMS dapat berubah karena pengaruh infeksi HIV. Sehingga di era pandemi HIV ini, para tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan kemungkinan infeksi HIV dan patogen penyebab IMS secara bersamaan. Topik hangat tersebut diangkat oleh Departemen Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) dalam mini-symposium bertajuk “Kupas Tuntas Manajemen HIV dan IMS Terkini”.

Dalam seminar yang diadakan pada hari  Rabu, 30 Agustus 2018 tersebut, Dr. dr. Satiti Retno Pudjiati, Sp.KK (K) berbicara banyak hal mengenai pentingnya pengenalan IMS di fasilitas kesehatan primer oleh dokter umum. Dr. Satiti yang merupakan ahli dalam bidang IMS dan telah banyak berkecimpung dalam penelitian terkait HIV dan IMS juga menekankan pada dokter agar selalu menggunakan panduan pedoman pelayanan IMS yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan Indonesia. Dalam buku panduan yang disusun oleh ahli-ahli IMS dari pusat-pusat pendidikan di Indonesia tersebut, diternagkan mengenai pendekatan diagnosis, serta algoritma terapi yang mudah digunakan dalam praktek dokter sehari-hari mulai dari tingkat layanan primer.

Pada Seminar yang dihadiri oleh lebih dari 150 peserta yang terdiri dari dokter umum, bidan, perawat, dan dokter spesialis tersebut juga menghadirkan dr. Yanri Wijayanti Soebranta, Sp.PD., Ph.D sebagai dokter ahli penyakit dalam yang menekuni penyakit HIV. Dr. Yanri menekankan pentingnya pemberian HIV sedini mungkin kepada penderita HIV/ODHA agar manajemen penderita dapat lebih optimal.

Seorang ahli dermatologi dan venereologi dari Belanda yang memiliki banyak pengalaman di bidang HIV-AIDS, Dr. Marlous Grisjen juga turut diundang dalam seminar yang digelar di Ruang Kuliah 3 Gedung Kuliah FK-KMK UGM tersebut. Dr. Grisjen menggaris bawahi kembali manifestasi kulit yang dapat dijumpai pada penderita HIV.  Selain itu, Dr. Grisjen juga berbagi pengalamannya dalam manajemen pasien HIV-AIDS di Afrika. Tidak hanya memberikan kuliah, Dr. Grisjen juga ikut meninjau pelayanan poli IMS dan poli HIV-AIDS di RSUP Dr. Sardjito dan membuka konsultasi bagi PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin terkait penyakit infeksi maupun HIV/AIDS. Kunjungan dan kuliah yang diberikan oleh Dr. Grisjen ini merupakan salah satu bentuk kerjasama di tingkat internasional yang dilakukan oleh Departemen Dermatologi dan Venereologi FK-KMK UGM. Dengan kehadiran Dr, Grisjen ini, diharapkan pelayanan, pendidikan dan penelitian dalam bidang IMS-HIV di Departemen Dermatologi dan Venereologi FK-KMK UGM semakin maju.